Thursday, December 28, 2017

ENERGI NUKLIR : TANTANGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI BAGI KAWASAN ASEAN

Sampai saat ini, belum pernah ada pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN, Nuclear Power Plant, NPP) di kawasan ASEAN. Namun beberapa negara ASEAN sudah memiliki konsep pengembangan dan pemanfaaran energi nuklir sejak tahun 1960an, seperti Filipina, Indonesia, Thailand dan Malaysia. 
Filipina, melalui Komisi Energi Atom Filipina (Philippine Atomic Energy Commission, PAEC) dan keputusan kebijakan Presiden Ferdinand Marcos pada tahun 1973 tentang Pembangunan PLTN, maka dimulailah pembangunan PLTN tipe PWR buatan Westinghouse dengan daya 600 MWe di kawasan Bataan untuk memenuhi kebutuhan energi di pulau Luzon Filipina. Walaupun selama masa konstruksi, terjadi kecelakaan PLTN di Amerika pada tahun 1979 yang dikenal sebagai kecelakaan ‘Tree Mile Island’. Namun pada tahun 1984, konstruksi dan instalasi perangkat sudah hampir rampung dengan daya listrik keluaran sebesar 621 MWe dan menelan biaya sebesar 2,3 miliar dollar Amerika ($US 2.3 billion). Rencana pengoperasian komersial di awal tahun 1987. Akan tetapi kehendak politik  berkata lain, pada tahun 1986 terjadi revolusi kekuatan rakyat yang menggulingkan presiden Ferdinand Marcos. Pemerintahan baru di bawah Corazon Aquino memutuskan untuk tidak mengoperasikan PLTN. Ini namanya bukan PLTN yang salah, tapi faktor politik berkehendak. 
Indonesia juga pada tahun 1970an sudah dibentuk yang namanya Panitia Persiapan Pembangunan PLTN dan pada tahun 1980an di kawasan Puspiptek Serpong dibangun sebuah Reactor Riset Serba Guna (Multi Purposes Research Reactor) yang  diberi nama Reaktor GA Siwabessy dan diresmikan beroperasi tahun 1987. Sebagai catatan kepentingan umum bahwa reaktor ini bukan PLTN. Sampai saat ini belum pernah ada pembangunan PLTN di Indonesia, yang ada adalah dalam tahapan persiapan menuju pembangunan PLTN. Bahkan pada tahun 1990, Presiden Suharto telah mengambil kebijakan energi nuklir dengan istilah ‘Go Nuclear’ yang rencana targetnya di sekitar tahun 2003/2004 PLTN Pertama akan telah beroperasi. Target perencanaan pembangunan PLTN didasarkan pada hasil studi kelayakan (Feasibility Study) oleh konsultan NEWJEC - Jepang
Kebijakan pemanfaatan energi di kawasan ASEAN datang lagi dari Vietnam, setelah melalui pelaksanaan proyek studi umum sampai studi pra-kelayakan PLTN. Pada tahun 2009 Majelis Nasional Parlemen (National Assembly) merestui pemerintah untuk membangun PLTN sebagai salah satu sumber energi listrik Vietnam di tahun 2025. Langkah selanjutnya adalah memilih kerjasama dengan Rusia, yakni membangun 2 unit PLTN tahap pertama tipe PWR atau dalam bahasa Rusia disebut tipe VVER berdaya 1000 MWe per unit, yang kontraknya ditanda-tangani tahun 2010 dan 2 unit PLTN lainnya merupakan PLTN tipe PWR buatan Jepang yang kontraknya ditanda-tangani pada tahun 2011. Dengan kerjasma ini membuat Vietnam menjadi terkenal dengan mega proyek ambisius dalam pembangunan PLTN yang totalnya akan mencapai 8 unit. Lokasi tapaknya dapat dilihat pada Gambar di bawan ini,
Namun sayang, bulan November 2016 pemerintah Vietnam mengumumkan untuk membatalkan pembangunan PLTNnya. Alasannya bahwa dari hasil studi kelayakan PLTN, terjadi lonjakan biaya yang akan dikeluarkan mencapai 19 miliar dollar (US.$19 billion) atau sekitar Rp 247 triliun. Biaya ini jelas terlalu mahal buat Vietnam bila dibandingkan dengan pembangunan PLTU Batubara. Sehingga Vietnam harus mengubur mimpinya memiliki PLTN. Ini namanya bukan PLTN yang salah, tapi faktor ekonomi berkehendak.

Dengan adanya kejadian ini, PLTN masih belum mendapat tempat di kawasan ASEAN akibat situasi politik dan kemampuan ekonomi. Untuk itu, peran ASEAN Center for Energy dituntut harus memberikan suatu usulan konsep kerjasama yang berimbang dan saling membantu dalam kemajuan bersama terhadap pemanfaatan sumber energi di negara anggotanya. Sehingga konsep integrasi strategi pemanfaatan energi yang saling menguntungkan, berwawasan lingkungan dan harmonis dengan pertumbuhan ekonomi bagi negara anggota dapat terbentuk.

Wednesday, December 27, 2017

ENERGI NUKLIR : ENERGI MASA DEPAN YANG MASIH DIANDALKAN SAMPAI 50 TAHUN KE DEPAN.

Melihat ke belakang, kita akan lebih bijak bila mengukur perkembangan ilmu, teknologi dan kebutuhan energi di mulai sejak awal 1960an. Dunia baru saja damai (peace) dari peperangan. Pada masa tersebut iptek nuklir menjadi berlabel “Atom for Peace”. Gambaran konsumsi energi dunia berdasarkan pada laporan ‘Bp world energy consumption 2016’ dapat terlihat sebagai bentuk berikut,



Lalu untuk membuat proyeksi selanjutnya, maka lebih baik dimulai dari awal tahun 1990an, ketika dimulainya era internet, dunia menjadi tak berbatas (borderless). Gambaran proyeksi kebutuhan energi dunia berdasarkan pada laporan ‘International Energy Outlook 2017 (IEO2017)’ dapat terlihat sebagai bentuk berikut,





Kebutuhan energi dunia pada tahun 2040 meningkat sebesar 28 % dibandingkan dari pada tahun 2015. Peran energi nuklir akan menyumbang lebih besar lagi, yakni 7 persen di tahun 2040.

Tentu saja, dengan terjadi peningkatan energi nuklir dunia, banyak negara belum dapat meninggalkan atau melepaskan ketergantungan pada energi nuklir. Bila kita ekstrapolasikan garis waktu ke 50 tahun ke depan, maka energi nuklir masih terus dibutuhkan. Kesadaran yang dapat diambil adalah jika kita ingin memanfaatkan energi nuklir dengan bijaksana, maka dengan bijaksana pula kita harus menguasai ilmu dan teknologi nuklir

Thursday, January 5, 2012

BANGUNAN PLTN DALAM LINGKARAN CINCIN API

Sebuah pemikiran antara kenyataan dan kekhawatiran

Gempa bumi didefinisikan sebagai suatu fenomena pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan yang mengejut dari perubahan dalam kerak bumi yang bersumber dari suatu titik yang disebut sebagai titik episentrum. Gempa bumi terjadi bila tenaga yang tersimpan dalam bumi secara mendadak terlepas, artinya terjadi pergerakan penjalaran gelombang energi yang disertai oleh geseran lapisan. Selanjutnya tenaga ini disalurkan ke permukaan bumi yang akibatnya dikenal sebagai gelombang gempa bumi. Gelombang gempa bumi ini dapat dikenali dengan menggunakan alat seismograf. Pada prinsipnya kejadian gempa bumi ini terjadi setiap hari. Gempa bumi sering ditemukan di wilayah yang berada dekat dengan plak tetonik, di mana pergeseran antara kepingan kerak bumi atau letupan gunung berapi akan menyebabkan peralihan tanah yang besar. Peralihan tanah yang besar secara mengejut ini akan menyebabkan berlakunya gempa bumi. Wilayah yang berada di antara plat tektonik ini disebut sebagai wilayah Lingkaran Cincin Api (Ring of Fire). 


Secara umum, disain bangunan PLTN dibagi menjadi 3 kategori disain, yaitu bangunan sistem pengungkung reaktor (disebut sebagai nuclear island), bangunan pelengkap sistem reaktor (Auxiliary Building) dan bangunan sistem non nuklir (disebut sebagai turbin island). Secara keseluruhan luas daerah PLTN yang dibutuhkan hanya sekitar 5 - 10 hektar termasuk area eksklusif (exclusive). Perbedaan disain bangunan PLTN dengan pembangkit listrik konvensional (PLTU Batubara, PLTGU atu PLT Minyak) adalah adanya bangunan sistem pengungkung reaktor yang memiliki kelas keselamatan nuklir, yang berprinsip bahwa pada kondisi separah apapun yang terjadi di luar PLTN maka bangunan sistem pengungkung reaktor tetap bekerja melindungi adanya kebocoran radiasi keluar dari bahan bahan bakar.

PLTN sebagai sebuah bangunan didesain untuk tahan terhadap kekuatan gempa bumi dengan intensitas S1 dan S2. 
  • S1 merupakan intensitas yang mengacu pada gempa bumi terkuat dalam hal pergeseran tanah dan kecepatan pergerakan puncaknya, yakni berkekuatan antara 6,5 sampai 6,7 skala Richter. Sampai tingkat kondisi ini PLTN masih dapat beroperasi dan akan mengalami penghentian (shutdown) secara otomatis bila melebihi nilai tersebut. 
  • Bila diassumsikan terjadi gempa bumi yang diperkirakan dengan kekuatan yang lebih tinggi lagi, terutama pada terjadi pergerakan tanah yang hebat, Bangunan PLTN dapat mampu menjaga sistem nuklir yang ada dengan aman tanpa adanya pelepasan radioaktif ke lingkungan. Pertimbangan desain ini ditunjukkan sebagai pertimbangan S2, yakni sebagai desain dasar pergerakan tanah gempa bumi (design basis earhquake ground motion).
Sekarang mari kita lihat dimana lokasi PLTN telah dibangun di muka bumi ini, perhatikan lokasi PLTN terhadap lingkaran cincin api di muka bumi, seperti pada Gambar di bawah ini …

 Ket.  titik biru lokasi PLTN  (Sumber : Berita dari CNN)

Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari Gambar di atas adalah bahwa desain bangunan PLTN telah dipersiapkan dengan matang dan aman terhadap kejadian pelepasan radioaktif ke lingkungan akibat datangnya kejadian gempa bumi dan susulan lainnya. Kejadian terakhir yang terjadi di Jepang terhadap PLTN Fukushima membuat kita harus menarik pelajaran lagi, selanjutnya apakah mungkin terjadi kecelakaan yang mirip di masa depan yang berawal dari gempa bumi.
Tentunya kita berharap bahwa kecelakaan PLTN tak akan terjadi lagi di masa depan. Untuk mengurangi kerugian yang besar, kita harus mempertimbangkan desain bangunan yang tahan terhadap datangnya gelombang gempa dan bencana susulan lainnya.

Sunday, December 18, 2011

PLTN: Karakteristik Mega Proyek

PLTN sebagai suatu mega proyek memiliki karakteristik yang perlu dipahami dengan seksama dan bijakasana. 

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap karakteristik proyek PLTN ini adalah sebagai berikut:

Pertimbangan Biaya Konstruksi: Biaya konstruksi ini cukup beragam bergantung pada ukuran pembangkit listrik dalam daya keluaran, lamanya penyelesaian konstruksi, bentuk pendanaan yang digunakan, tingkat bunga yang ditetapkan dan lainnya. Biaya konstruksi untuk PLTN berdaya 1000 MWe memilliki biaya konstruksi bervariasi antara 2 – 5 miliar dollar.

Pertimbangan periode konstruksi jangka panjang: Periode konstruksi ini akan menambah pembayaran biaya bunga yang dikenal sebagai IDC (interest During Construction). Sebagai gambaran bahwa dengan periode konstruksi yang mencapai delapan tahun akan menambah pembayaran biaya konstruksi sekitar 30-40 %. 

Pertimbangan faktor ketidaktentuan: Faktor ketidaktentuan ini menyangkut masalah perubahan biaya dan jadwal pelaksanaan konstuksi. Apa yang perlu disadari adalah bahwa proyek PLTN memiliki tingkat resiko dan kerumitan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan munculnya kondisi tak diharapkan terhadap periode konstruksi. Hal ini tentu menyangkut langsung dengan  membengkaknya pinjaman dana sebagai modal proyek.

Pertimbangan penerimaan masyarakat: Isu penerimaan masyarakat ini sangat menyangkut langsung terhadap kepentingan  pembuat keputusan (decision makers) yang sekaligus sebagai pelayan masyarakat umum. Hal yang menjadi perhatian penerimaan masyarakat yang utama adalah tingkat resiko kecelakaan dari pengoperasian PLTN seperti kecelakaan PLTN Chernobyl di Ukraina dan kecelakaan PLTN Fukushima di Jepang. Pemahaman tingkat kecelakaan ini sangat sukar dipahami oleh masyarakat baik secara paparan tingkat kecelakaan kuantitatif maupun dalam bentuk perbandingan kecelakaan antara nuklir vs bukan nuklir. Isu lebih lanjut lagi adalah seberapa besar tingkat keselamatan yang dimiliki oleh PLTN selama beroperasi dapat diterima oleh masyarakat dan bagaimana penyimpanan limbah radioaktif dari bahan bakar bekas PLTN yang telah digunakan dapat menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan yang aman dan bersih.

Bagi Negara yang saat ini telah memiliki banyak PLTN seperti Amerika, Perancis, Inggris, Jepang, Korea Selatan, India dan lainnya. Karakteristik proyek PLTN ini sudah dipahami dengan benar dan terbuka. Dari sejarah pelaksanaan awal program pengembangan energi nuklir nasional di seluruh dunia memperlihatkan bahwa proyek pembangunan PLTN diawali dengan keterlibatan langsung  campur tangan pemerintah secara kuat.

Tuesday, November 29, 2011

SMR (Small and Medium Reaktor) : PLTN berdaya Kecil dan Menengah

PLTN sebagai salah satu sumber energi baru yang telah menyumbang sebesar 16 % dari total energi dunia terus dilakukan pengembangan ke arah tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi dan tentunya diikuti dengan nilai ekonomis yang sangat kompetitif. Satu sisi ukuran PLTN ditingkatkan ke daya yang lebih tinggi untuk menekan nilai ekonomis yang kompetitif, namum di lain pihak demi kepentingan daerah/lokasi yang membutuhkan daya yang tidak besar perlu dikembangkan juga PLTN dengan daya yang kecil dan menengah. 
Dalam kesempatan ini, saya ingin memperkenalkan kepada pembaca tentang seorang sahabat yang kini berkecimpung dalam dunia energi nuklir yang telah dipercaya oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk menangani perkembangan teknologi PLTN berdaya kecil dan menengah yang lebih lanjut dikenal sebagai SMR (Small and Medium Reactor). Presentasi sahabat tentang SMR ini berjumlah 50 halaman, namun dalam blogspot ini akan ditampilkan beberapa lembar saja. Untuk lebih lanjutnya bagi para pembaca yang berminat bisa menghubungi secara langsung melalui email.

Sunday, October 23, 2011

TAMBANG URANIUM: SEKILAS TENTANG PENAMBANGAN URANIUM SAMPAI HARGA JUAL PASAR URANIUM

Uranium bukan merupakan logam yang jarang karena keberadaannya di alam mencapai 50 kali lebih banyak dibandingkan air raksa yang sudah sejak lama dikenal orang. Uranium terdapat sebagai mineral dalam kerak bumi, juga dalam air laut. Cadangan uranium terdapat terutama di Amerika Serikat, Kanada, Rusia dan beberapa negara Afrika seperti Gabon, Nigeria dan Afrika Selatan. Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai mineral. Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk mendapatkannya harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka uranium  seringkali dikenal juga sebagai bahan galian nuklir. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat ditemukan lebih dari 100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah uraninite, pitchblende, coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat cadangan sangat menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk selanjutnya perlu dibedakan antara mineral dan bijih. Mineral adalah senyawa alamiah dalam kerak bumi, sedang bijih merupakan mineral yang memberi nilai ekonomi apabila dieksploitasikan. Dahulu hanya bijih dengan kadar di atas 0,1 persen yang menarik perhatian. Namun karena permintaan uranium yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka saat ini orang mengambil bijih dengan kadar uranium kurang lebih 0,03 persen.


 Gambar 1. Perbandingan bahan alam dan komposisi uranium yang terkandung

Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan dengan kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut dapat dikatakan sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1 km3 dapat membentuk cebakan uranium sebanyak 2.500 ton. Pada umumnya uranium dalam batuan ini terdistribusi secara merata dan dapat dijumpai dalam bentuk mineral uranit maupun oksida komplek euksinit betafit. Uranit merupakan bahan di mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari 80 % berupa uranium, sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan uraniumnya cukup besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan komponen utamanya.
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-sifat fisiknya yang khas, antara lain :

  • Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu memancarkan radiasi pengion berupa sinar-alfa, -beta dan -gamma. Oleh sebab itu keberadaannya dapat dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat membedakan uranium dari batuan lainnya. Karena batuan lain tidak memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.
  • Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium akan mengeluarkan cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenal.




Gambar 2. Contoh batuan yang mengandung uranium



Gambar 3. Contoh kawah tambang uranium terbesar di Amerika


Ada tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil penambangan, yaitu U-235 dengan kadar 0,715 %, U-238 dengan kadar 99,825 % dan U-234 dengan kadar yang sangat kecil. Dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya U-235 yang dapat digunakan sebagai bahan bakar fisi.

Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan bakar yang sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber daya bahan galian nuklir. Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana pada lokasi tersebut diharapkan dapat ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi yang dianut sampai sekarang adalah melalui penelitian konvensional, penelitian geologi, pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode tersebut digunakan karena cukup murah dengan hasil yang cukup bagus.
Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih tambang lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah. Dari kegiatan penambangan ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya terdapat mineral-mineral uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit pengolahan untuk menjalani proses lebih lanjut.

Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,1 – 0,3 % atau 1-3 kg uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan menekan biaya transportasi, maka uranium dalam bijih ini perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk pemekatan dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam bijih sehingga dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan berikutnya.

Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pelindihan maupun ekstraksi kimia dan pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan uranium ini adalah diperolehnya endapan kering berwarna kuning yang disebut pekatan (konsentrat) yang  berkadar uranium sekitar 70 %. Karena berwarna kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton yellowcake.
Produksi uranium dunia pada tahun 2010 telah mencapai sekitar 53.663 ton, seperti terdaftar berikut ini,

Tabel 1. Produksi Uranium Dunia dari tahun ke tahun
 
Diperkirakan produksi uranium akan meningkat pada tahun 2011 menjadi 56.050 ton dan tahun 2012 menjadi 63.600 ton.

Saat ini produksi uranium hanya mampu memenuhi 78 persen permintaan dunia. Kekurangan suplai dipenuhi dari cadangan stok yang sebagian besar berasal dari kelebihan produksi sebelum tahun 1980 dan dipakai dalam senjata nuklir pada saat itu. Tidak ada angka pasti mengenai jumlah stok tersebut. 
Ketimpangan antara suplai dan kebutuhan ini menjadi salah satu faktor kenaikan harga uranium sejak 2001. Bahkan dalam setahun terakhir, harga uranium telah melonjak sangat variatif seperti terlihat pada  grafik di bawah,

Gambar 4. Fluktuasi harga uranium dunia

Bila dilihat dari perubahan harga uranium pasar (dalam bentuk yellow cake), tampak mulai tahun 2006 harga uranium sudah mengalami fluktuasi yang tajam.  Pertanyaan yang sekarang timbul di tengah para ahli energi dunia adalaha mungkinkah harga uranium pasar ini melonjak di atas 100 US.$  per kilo dalam waktu dekat ini.


Informasi ini dikumpulkan juga berdasarkan data dan penjelasan yang beredar di internet, kami hanya berusaha merangkai dalam bentuk lainnya yang kami perkirakan dapat memberikan pencerahan tentang permasalahan energi nuklir dari sisi pengadaan bahan bakarnya.

Tuesday, September 27, 2011

Uranium : Pengelolaan bahan bakar dari Tambang sampai Limbah Lestari

Dalam operasinya PLTN tipe LWR mengkonsumsi bahan bakar uraniun dengan sedikit pengkayaan atau berkisar 3 % sampai 4 %, artinya bahwa komposisi isotop uraniumnya mengandung isotop dengan berat atom 235 (U-235) sebesar sekitrar 3 - 4 %. Peningkatan kandungan isotop U-235 dari komposisi alamiah sekitar 0,7 %  menjadi 4 % disebut suatu proses pengkayaan (enrichment).  Bentuk uranium yang menjadi bahan bakar dalam PLTN adalah berupa pelet-pelet keramik UO2 yang disusun menjadi suatu batang dan total konsumsi UO2 ini sebanyak sekitar 24 ton per tahunnya atau persatuan periode operasi yang saat ini telah mencapai 1,5 sampai 2 tahun.
Sebagai gambaran kegiatan pengelolaan uranium sebagai bahan bakar PLTN mulai penambangan sampai menjadi bahan bakar nuklir pada PLTN jenis PWR dan selanjutnya sampai menjadi limbah radioaktif yang lestari (permanen) dapat diperlihat pada ilustrasi berikut,


 Gambar siklus bahan bakar uranium untuk PLTN jenis PWR

Seluruh Siklus bahan bakar nuklir ini  sering disebut  sebagai rantai bahan bakar nuklir, yakni serangkaian proses pengolahan bahan bakar nuklir yang melalui serangkaian tahap-tahap berbeda. Dalam terminologi  nuklir, siklus ini dikategorikan sebagai tahapan "hulu" (front end), dimana uranium disiapkan sebagai bahan bakar reaktor, dan tahapan "hilir" (back end), dimana proses pengaturan, pengelolaan, atau pengolahan kembali bahan bakar bekas dilakukan.

Apa yang harus disadari dalam pengembangan energi nuklir ini adalah bagaimana kita dapat memahami seluruh proses ini , terutama yang manjadi isu lingkungan adalah pada tahap hilir yang berada pada proses penyimpanan lembah lestari atau dengan bahasa hariannya adalah tempat pembuangan akhir (TPA).